Pertanyaan #14

Abu Thalib, Paman Nabi, Akan Masuk Neraka?

Tuduhan

Berbeda dengan Ahlussunnah, Syiah berpendapat bahwa Abu Thalib seorang mukmin. Padahal jelas sekali bahwa Abu Thalib berada di neraka, sebagaimana diriwayatkan dalam kitab-kitab Ahlussunnah yang shahih. Memukminkan orang kafir berarti kafir. Berarti, Syiah itu kafir.

Jawaban

Siapa pun tahu bahwa Abu Thalib memberikan hartanya dan jiwanya untuk melindungi Rasulullah saw ketika ia menyebarkan Islam pertama kalinya. Apa yang disumbangkan oleh Abu Thalib untuk Islam tidak bisa dibandingkan dengan siapa pun di antara sahabat Nabi saw, kecuali Ali bin Abi Thalib. Lalu kenapa Ahlussunnah mengkafirkan Abu Thalib yang melindungi Nabi saw dan memukminkan Abu Sofyan yang selalu memerangi Nabi saw?

Karena itu, ada juga ulama-ulama Ahlussunnah yang mempertahankan keimanan Abu Thalib dengan dalil-dalil yang kuat dari kitab-kitab Ahlussunnah. Salah satu di antaranya ialah Sayyid Ahmad bin Sayyid Zaini bin Ahmad Dahlan, mufti mazhab al-Syafii di Makkah.

Ia menulis buku Asna al-Mathalib fi Najati Abi Thalib. Bacalah kitab itu, yang sampai sekarang masih diterbitkan, dan Anda akan mendapatkan keterangan yang sahih tentang keimanan Abu Thalib.

Di sini akan kita kemukakan dalil-dalil yang menunjukkan bahwa Abu Thalib seorang mukmin. Kita juga akan membahas secara singkat tentang hadis-hadis yang dijadikan rujukan untuk mengkafirkan Abu Thalib.

Kesaksian dari Abu Thalib

Abu Thalib adalah seorang penyair, di samping pahlawan perang. Orang-orang Arab di zamannya banyak menghapal puisi Abu Thalib. Para ahli sejarah merekam puisi Abu Thalib itu. Simak salah satu di antaranya:

ليعلم خير الناس انّ محمّدا
نبي كموسى و المسيح ابن مريم
اتانا هدى أتيا به
فكلّ بأمر اللّه يهدي ويعصم

Hendaknya orang-orang mulia tahu bahwa Muhammad
Adalah Nabi seperti Musa dan AlMasih putra Maryam
Ia datang membawa petunjuk seperti yang dibawa oleh keduanya
Semuanya memberi petunjuk dan menjaga dari dosa karena perintah Allah

(Mustadrak Al-Hakim 2:623)

Bukankah itu pengakuan Abu Thalib yang sangat jelas tentang kenabian Muhammad, Musa dan Isa as?

Kalau puisi di atas kurang jelas perhatikan puisi berikut ini:

يا شاهد اللّه عليّ فاشهد
انّي على دين النّبي احمد
من ضلّ في الدين فاني مهتدي

Wahai saksi Allah, bersaksilah
Aku mengikuti agama Nabi Ahmad
Orang sesat dalam agamanya tapi aku mendapat petunjuk

(Ibn Abil Hadid, Syarh Nahj al-Balaghah. 14:78; Diwan Abi Thalib 75)

Kesaksian Rasulullah saw

Dalam berbagai situasi, Rasulullah saw menunjukkan kecintaan kepada pamannya Abu Thalib. Ketika Abu Thalib meninggal dunia, Rasulullah saw menjadikan tahun kematiannya sebagai tahun dukacita (‘am al-huzn).

Di bawah ini beberapa pernyataan Rasulullah saw tentang kecintaan beliau kepada Abu Thalib:

Nabi saw berkata kepada ‘Aqil bin Abi Thalib: “Aku mencintaimu karena dua kecintaan; kecintaan karena kekeluargaan antara kamu dengan aku dan karena aku tahu betapa cintanya pamanku kepadamu”

(Tarikh al-Khamis 1: 163; Al-Istiab 2:509)

Nabi saw juga berkata kepada Ali bin Abi Thalib:

“Orang Quraiysh tidak berhasil menggangguku dengan sesuatu yang tidak aku sukai sampai Abu Thalib meninggal dunia”

(Sirah al-Halabi, 1:391)2

Semua peneliti sepakat bahwa Nabi saw mencintai Abu Thalib. Menurut Al-Quran, tidak mungkin orang beriman akan mencintai orang yang menentang Allah dan RasulNya walaupun mereka itu keluarganya sendiri (lihat Al-Mujadilah 22).

Kesaksian Para Sahabat Nabi saw

Ali bin Abi Thalib as pada suatu hari menegur seseorang yang mengkafirkan Abi Thalib. Ia berkata, “Diam kamu. Mudah-mudahan Allah membungkam mulutmu. Demi Dia yang mengutus Muhammad dengan kebenaran sebagai Nabi, jika ayahku memberikan syafaat kepada setiap pendosa di bumi, pasti Allah akan menerima syafaatnya” (Al-Hujjah 24).

Abu Dzar Al-Ghiffari bersaksi, “Demi Allah yang tidak ada Tuhan kecuali dia, Abu Thalib tidak mati kecuali dalam keadaan Muslim” (Ibn Abil Hadid, Syarh Nahj al-Balaghah 14:71).

Ibn Abbas berkata, “Sungguh, Abu Thalib tidak meninggal dunia kecuali dengan mengucapkan kalimah la Ilaha Illallah” (Lihat Al-Ghadir 7:398; yang mengutip dari Tafsir al-Waqi’).

Hadis-hadis yang menjadi landasan pengkafiran Abu Thalib

Ada dua kelompok hadis yang dijadikan landasan untuk mengkafirkan Abu Thalib. Pertama, hadis-hadis yang dihubungkan dengan ayat Al-Qashah 56. Kedua, hadis-hadis yang disebut sebagai hadis Dhahdhah.

Yang pertama diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim. Secara singkat saja, sanad al-Bukhari melewati Abu al-Yaman al-Hawzani yang dinyatakan lemah oleh Ibn al-Qathan (Mizan al-I’tidal 4:589), Syu’aib yang disebutkan berkali-kali oleh Al-Dzahabi dan kebanyakan dinyatakan sebagai dhaif, bohong, atau majhul (Mizan alI’tidal 2:275:278). Sanad Muslim melewati Harmalah bin Yahya, Abdullah bin Wahb, Yunus yang semuanya didhaifkan oleh ahli jarh (Lihat Mizan al-I’tidal 1:472, 2:522, 4:477485).

Catatan

Dengan melihat bukti-bukti yang kuat tentang keimanan Abu Thalib baik dari kesaksian dan perilaku Abu Thalib sendiri sampai pada kesaksian Rasulullah saw dan para sahabat, masihkan kita akan mempercayai hadis-hadis dhaif yang dibuat oleh orang-orang yang tidak menyukai Abu Thalib. Mengkafirkan Abu Thalib pasti akan menyakiti Rasulullah saw. Menyakiti Rasulullah saw berarti mengundang laknat Allah di dunia dan di akhirat.