Pertanyaan #21
Syiah Musyrik, Percaya Benda Dapat Memberikan Keberkahan?
Tuduhan
Syiah musyrik, karena percaya benda-benda dapat memberikan keberkahan (tabarruk), bahkan menyehatkan, menyembuhkan, dsb.
Jawaban
Syiah bertabarruk karena dicontohkan dalam Al-Qur’an pada kisah nabi baju Nabi Yusuf as. yang menyembuhkan penglihatan Nabi Ya’qub as.:
قَالَ لَا تَثْرِيْبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَۗ يَغْفِرُ اللّٰهُ لَكُمْ ۖوَهُوَ اَرْحَمُ الرّٰحِمِيْنَ - ٩٢
Dia (Yusuf) berkata, “Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni kamu. Dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang.
اِذْهَبُوْا بِقَمِيْصِيْ هٰذَا فَاَلْقُوْهُ عَلٰى وَجْهِ اَبِيْ يَأْتِ بَصِيْرًا ۚوَأْتُوْنِيْ بِاَهْلِكُمْ اَجْمَعِيْنَ ࣖ - ٩٣
Pergilah kamu dengan membawa bajuku ini, lalu usapkan ke wajah ayahku, nanti dia akan melihat kembali; dan bawalah seluruh keluargamu kepadaku.”
وَلَمَّا فَصَلَتِ الْعِيْرُ قَالَ اَبُوْهُمْ اِنِّيْ لَاَجِدُ رِيْحَ يُوْسُفَ لَوْلَآ اَنْ تُفَنِّدُوْنِ - ٩٤
Dan ketika kafilah itu telah keluar (dari negeri Mesir), ayah mereka berkata, “Sesungguhnya Aku mencium bau Yusuf, sekiranya kamu tidak menuduhku lemah akal (tentu kamu membenarkan aku).”
قَالُوْا تَاللّٰهِ اِنَّكَ لَفِيْ ضَلٰلِكَ الْقَدِيْمِ - ٩٥
Mereka (keluarganya) berkata, “Demi Allah, sesungguhnya engkau masih dalam kekeliruanmu yang dahulu.”
فَلَمَّآ اَنْ جَاۤءَ الْبَشِيْرُ اَلْقٰىهُ عَلٰى وَجْهِهٖ فَارْتَدَّ بَصِيْرًاۗ قَالَ اَلَمْ اَقُلْ لَّكُمْۙ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مِنَ اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ - ٩٦
Maka ketika telah tiba pembawa kabar gembira itu, maka diusapkannya (baju itu) ke wajahnya (Yakub), lalu dia dapat melihat kembali. Dia (Yakub) berkata, “Bukankah telah aku katakan kepadamu, bahwa aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.”
(QS Yusuf 12:92-96)
Dalam hadis, dapat ditemukan konsep tabarruk ini, misalnya:
- “Setiap kali Nabi saw mengambil air wudlu, para sahabat saling berlomba dalam berebut tetesan air wudlu beliau” (Shahih Bukhari jilid III hal 255)
- Dari Sa’ib bin Yazid: “Bibiku membawaku kepada Nabi saw dan ia berkata:” keponakan saya dalam keadaan sakit“. Maka beliau mengambil air wudlu dan memohonkan berkah untuk saya dan saya meminum bekas air wudlunya“ (Shahih Bukhari, Bab “Khataman Nubuwwah” jilid IV hal 227, Shahih Muslim, bab Khatam an-Nubuwah)
- Dari Anas: “Ketika Nabi saw mencukur rambutnya, dan para sahabat berada di sekitar beliau. Setiap potongan rambut beliau diperebutkan oleh setiap orang dari mereka”. (Shahih Muslim, jilid IV, kitab Fadha’il ash-Shahabah)
- Setiap kali seorang anak lahir di Madinah, ia dibawa ke hadapan Nabi saw untuk di tahnik dan diberkati. Mentahnik ialah mengusapkan jemari nabi saw pada langit-langit mulut. Nabi saw jug mengusap kepala mereka dan mendoakan keberkahan bagi mereka. Ketika Futuh Makkah, penduduk tanah suci itu, membawa anak-anak mereka untuk mengambil berkah dari sentuhan Nabi saw (Al-Bukhari 8:10,95; Al-Bukhari 7:108; Musnad Ahmad 6:52 juga terdapat dalam Jalaluddin Rakhmat, Rindu Rasul hal 211)
- Putri Nabi saw, Fathimah as, setelah wafat ayahnya, berdiri di samping makam beliau, mengambil segenggam tanahnya, menangis, serta membaca dua bait syair berikut: “Duhai dia, yang telah mencium tanah pusara Ahmad, Mungkinkah ia mencium lagi wewangian sepanjang masa? Telah datang kepadaku runtunan musibat Sekiranya jatuh pada siang, siang berubah menjadi malam gulita” (Syabrawi dalam al-Athaf, hal 9; Samhudi dalam Wafa’al-Wafa’, jilid II, hal 444; Khalidi dalam Shulh alIkhwan, hal 57 dll)
- Marwan bin Hakam memasuki masjid dan melihat seorang laki-laki meletakkan mukanya di atas kubur. Marwan memegang lehernya dan berkata: “Tahukah engkau apa yang sedang engkau perbuat?” Orang tersebut, Abu Ayyub al-Anshari, mengangkat kepalanya dan berkata: “Aku tidak datang kepada batu, melainkan ke sisi Rasul saw. Wahai Marwan, aku telah mendengar Nabi saw bersabda: Dikala yang memimpin adalah orang-orang shaleh, tak usahlah engkau menangis disini, tetapi menangislah ketika orang-orang yang tidak layak, menjadi pemimpin yakni engkau dan keluarga Umawi” (Mustadrak al-Hakim, jilid IV hal 515)
Catatan
Dalam bukunya, Rindu Rasul, KH Jalaluddin Rakhmat menjelaskan bahwa tabarruk adalah salah satu ungkapan kecintaan. Jika Anda mencintai seseorang, Anda akan menganggap apa pun yang ditinggalkan orang itu, apa pun yang berkaitan dengan orang itu, punya nilai sangat tinggi.
Sebagaimana Majnun menjawab, ketika ia dibilang gila karena menciumi rumah Layla dengan syair berikut ini:
“Aku melewati rumah, rumah Layla
Kucium dinding ini, dinding ini
Tidaklah cinta rumah yang memenuhi hati
Tetapi kepada dia yang tinggal di rumah ini”