Pertanyaan #16

Syiah Musyrik, Karena Menganggap Allah Boleh Khilaf?

Tuduhan

Orang Syiah musyrik karena menganggap Allah boleh khilaf, tapi percaya Imam-Imam Syiah tetap maksum (Al-Bada’)

Jawaban

Al Bada’ dalam Syiah adalah perubahan dalam Qadha Allah karena kehendak Allah. Bukan karena Allah khilaf. Tetapi, karena ia dapat menetapkan dan menghapuskan ketetapannya sebagaimana yang Ia kehendaki.

Dalam Al Qur’an

يَمْحُوا اللّٰهُ مَا يَشَاۤءُ وَيُثْبِتُ ۚوَعِنْدَهٗٓ اُمُّ الْكِتٰبِ - ٣٩
Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki. Dan di sisi-Nya terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh). (QS. Al-Ra’d 13:39)
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ - ٩٦
Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al-A’raf 7:96)
وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ اٰمِنَةً مُّطْمَىِٕنَّةً يَّأْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِاَنْعُمِ اللّٰهِ فَاَذَاقَهَا اللّٰهُ لِبَاسَ الْجُوْعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ - ١١٢
Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezeki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (pen-duduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat. (QS. Al-Nahl 16:112):

Dalam Hadits

Dalam menjelaskan Al-Ra’d (QS 13:39), al-Suyuthi meriwayatkan banyak hadis tentang perubahan qadha Allah. Beberapa di antaranya:

  1. “Allah menghapuskan rezeki atau menambahnya.Allah menghapuskan ajal dan menambah usia. Ditanyakan kepada al-Kalbi; Siapakah yang menyampaikan hadis ini kepadamu? Ia menjawab: Abu Shalih, dari Jabir bin Abdullah bin Rabab al-Anshari dari Nabi saw.
  2. Al-Hakim menuliskan hadis ini dan mensahihkannya dari Ibn Abbas: Kehati-hatian tidak mempengaruhi takdir, tetapi Allah menghapus dengan doa seseorang, takdir yang dikehendakiNya (Tafsir al-Durr alMantsur 4:661)