Pertanyaan #02

Mushaf Al-Qur’an Syiah yang Berbeda: Mushaf Ali?

Tuduhan

Syi’ah mempunyai mushaf Al-Quran yang berbeda dengan kaum muslimin lainnya. Mushaf Al-Quran itu namanya mushaf Ali. Ada juga yang menyebutnya mushaf Fathimah. Di dalamnya tidak ada satu pun ayat Al-Quran yang ada pada kaum muslimin

Jawaban

Harusnya para penuduh malu dengan tuduhan ini, karena tidak ada seorang Syiah pun di bawah kolong langit ini, yang memiliki mushaf Qur’an yang berbeda dengan Al-Quran yang ada sekarang. Mesjid-mesjid Syiah ada di mana-mana. Datanglah ke mesjid itu dan periksa apakah Al-Quran Syiah berbeda. Iran adalah Negara Syi’ah terbesar di dunia. Mereka selalu mengikuti dan menyelenggarakan Musabaqah Tilawah Al Qur’an. Bagaimana mungkin jika mereka berpartisipasi dalam MTQ tingkat international kalau al-Qur’annya berbeda?

Syiah dari dahulu sampai sekarang membaca mushaf Al-Quran yang dibaca oleh kaum muslimin di mana pun. Tidak ada beda di antara mushaf Al-Quran mereka dengan mushaf Al-Quran lainnya. Untuk menghindari kesalah-pahaman, di bawah ini dijelaskan tentang mushaf Ali, shahifah Ali, dan shahifah Fathimah. Mushaf Ali.

Siapa saja yang mempelajari Tarikh Al-Quran pasti mengenal beberapa mushaf di kalangan sahabat Nabi saw, sebelum penyatuan mushaf di zaman Utsman bin Affan: Mushaf Zaid, Mushaf ibn Mas’ud, Mushaf Ubay bin Ka’ab, Mushaf Abu Musa al-Asy’ari, Mushaf Miqdad bin Al-Aswad, dan bahkan Mushaf Aisyah, di samping Mushaf Ali.

Shahih al-Bukhari meriwayatkan dari Ibn Mahik: Aku sedang beserta Aisyah, ketika seorang Irak datang dan mengajukan berbagai pertanyaan. Ia juga minta Aisyah untuk menunjukkkan mushafnya. Ia berkata: Ya ummal mu’minin, perlihatkan kepadaku mushafmu. Ia bertanya: Kenapa? Aku ingin mencocokkan Al-Quranku dengan mushafmu, karena ia membacanya tanpa susunan atau aturan atau karena perbedaan dalam susunan ayat dan bilangannya…sampai ia berkata: Kemudian ia mengeluarkan mushaf dan mengimlakkan ayat-ayat surat dan bilangannya (Shahih al-Bukhari 6:228).

Jika Aisyah saja mempunyai mushaf, apalagi Imam Ali as. Kata Ibn Nadim berkata, “Ali as melihat manusia orang banyak dalam kegalauan setelah wafat Rasulullah saw. Ia pun bersumpah untuk tidak melepaskan pakaiannya sebelum mengumpulkan Al-Quran. Ia tinggal di rumahnya selama tiga bulan, sampai Al-Quran terhimpun utuh. Itulah mushaf pertama ketika apa yang ada dalam hati dikumpulkan dalam mushaf. Mushaf ini berada pada keluarga Ja’far.” (Al-Fihrist 47-48).

Menurut Ibn Hajar: Telah diriwayatkan bahwa Ali mengumpulkan Al-Quran berdasarkan waktu turunnya Al-Quran (tartib al-nuzul) setelah wafatnya Rasulullah saw. Dikeluarkan Abu Dawud (Lihat Al-Itqan, 1:71-72).

Dibandingkan dengan mushaf-mushaf sahabat lainnya, Mushaf Ali memiliki keistimewaan sebagai berikut:

  • Mushaf disusun secara kronologis berdasarkan waktu turunnya Al-Quran
  • Setiap teks (nash) dituliskan apa adanya, tanpa perubahan, atau penyimpangan dalam kalimat dan ayatnya
  • Qiraatnya ditetapkan persis seperti qiraat Rasulullah saw
  • Di dalamnya terdapat penjelasan tentang asbab alnuzul, tempat turunnya ayat, waktu turunnya ayat, dan untuk siapa ayat itu diturunkan.
  • Di dalam mushaf juga dijelaskan pelajaran umum yang dapat disimpulkan dari ayat itu untuk setiap ruang dan waktu.

Lalu di manakah mushaf Ali itu sekarang?

Sama seperti mushaf-mushaf lainnya, bersamaan dengan kodifikasi Al-Quran yang dilakukan Utsman bin Affan, mushaf Ali hanya tinggal sebagai catatan sejarah saja. Shahifah Ali.

Syi’ah dan Sunni meyakini ada yang disebut Shahifah Ali, bukan mushaf Ali. Ada beberapa nama untuk Shahifah Ali-Kitab Ali as, Al-Jafr, Al-Jami’ah. Kitab ini bukan kitab Al-Quran tetapi kumpulan hadis. Di bawah ini adalah beberapa bukti tentang keberadaan Shahifah Ali:

  • “Khabar tentang shahifah Ali as masyhur”, kata Muhammad ‘Ajaj al-Khathib (Al-Sunnah qabl alTadwin 420-423).
  • “(Shahifah itu) adalah lembaran kecil mengenai tebusan-ukuran diyat-dan hukum-hukum tentang pembebasan tawanan.” (Dr ‘Itr, Manhaj al-Naqd 46).
  • Dari Abu Juhaifah: Aku bertanya kepada Ali asAdakah pada kalian kitab? Ia berkata; Tidak, kecuali Kitab Allah, atau pemahaman seseorang atau yang ada pada ini. Aku bertanya: Apa yang ada pada shahifah itu? Ia berkata: tebusan, pembebasan tawanan, dan supaya orang Islam tidak boleh dibunuh karena orang kafir (Shahih al-Bukhari, 1: 38, Kitab al-‘Ilm dan 9:13, Kitab al-Diyat; Sunan ibn Majah 2:887, hadis 2658)
  • Ditanyakan kepada Ali bin Abi Thalib as: “Adakah Rasulullah saw berjanji padamu tentang sesuatu?” Ia berkata: “Ia tidak berjanji kepadaku yang khusus dan tidak kepada yang lain. Kecuali yang aku dengar dari beliau dan aku tuliskan dalam Shahifah di wadah pedangku.” Kemudian ia turun dan mengeluarkan shahifah. Di dalamnya ada: “Barangsiapa yang mengubah-ubah agama atau melindungi orang yang mengubah agama, Allah, Malaikat, dan semua manusia melaknatnya. Tidak diterima darinya pengganti atau tebusan” (Al-Baihaqi, Dalail al-Nubuwwah,7:228; Abu Dawud 2:216, hadis 2034-2035, Al-Manasik; lihat juga hadis dari A’masy, dari Ibrahim, dari bapaknya yang seperti di atas, diriwayatkan oleh Shahih Al-Bukhari 4:122, Bab Dzimmat al-Muslimin; Musnad Ahmad 1:81; Irsyad al-Sari 1:166, ‘Umdat al-Qari 1:561, Fath al-Bari 1:82; Shahih Muslim, Kitab al-Hajj 2:995).

Dr Rif ’at Fauzi Abdul Muthalib melaporkan semua riwayat tentang shahifah Ali dalam bukunya Shahifah ‘Ali bin Abi Thalib a.s. (Penerbit Dar al-Salam, Halb, 1406H).

Dalam riwayat-riwayat Ahlulbait as, Shahifah Ali ini disebut sebagai Kitab Ali, meliputi berbagai hukum agama dan merupakan kitab yang sangat tebal. Kitab itu berisi hadis-hadis yang diimlakkan Rasulullah saw kepada Imam Ali as.

Kitab ini juga disebut sebagai Al-Jafr dan Al-Jami’ah. Banyak ulama Ahlussunnah menulis tentang Al-Jafr dan Al-Jami’ah. Antara lain, Muhammad bin Thalhah, Al-Jafr al-Jami’ wa al-Nur al-Lami’; Muhyiddin Ibn Arabi, AlDurrah al-Nashi’ah fi Kasyf ‘Ulum al-Jafr wa al-Jami’ah (lihat laporannya pada Haji Khalifah, Kasyf al-Zhunun ‘an Asma-il Kutub wa al-Funun, Dar al-Fikr, Beyrut 1402)

Mushaf Fathimah

Seperti Kitab Ali, Mushaf Fathimah juga adalah kumpulan hadis. Dalam riwayat-riwayat Ahlulbait sering ditunjukkan bahwa para Imam menetapkan keputusan atau fatwa berdasarkan Mushaf Fathimah. Dalam riwayat-riwayat Ahlussunnah, laporan tentang Mushaf Fathimah terdapat pada Al-Kharaithi, Kitab Makarim al-Akhlaq, 43, nomor 217. Ia mengabarkan dari Mujahid: Ubayy bin Ka’ab berkunjung kepada Fathimah as. Fathimah mengeluarkan sebuah kitab yang di dalamnya ada tulisan: “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya berbuat baik kepada tetangganya”. Al-Kathib juga menyampaikan riwayat ini dalam Taqyid al-‘Ilm 99.

Kesimpulan

Walhasil, tidak ada perbedaan sama sekali antara Al-Quran yang dibaca oleh orang Syiah dengan Al-Quran yang dibaca Ahlussunnah. Mushaf Ali, shahifah Ali, dan mushaf Fathimah bukanlah Al-Quran yang dibaca Syiah sekarang ini.