Pertanyaan #31

Syiah Musyrik, Karena Sujud di Atas Tanah?

Tuduhan

Syiah melakukan kemusyrikan karena setiap kali salat mereka bersujud kepada tanah; khususnya tanah yang diambil dari Karbala, tempat syahidnya Imam Huseyn as.

Jawaban

Syi’ah bersujud di atas tanah (bukan kepada tanah) karena melaksanakan sunnah Nabi saw. Jika kita merujuk pada hadis-hadis tentang cara bersujudnya Nabi saw, kita mengetahui bahwa Nabi saw bersujud di atas (1) tanah, (2) tikar yang terbuat dari daun kurma, (3) kain bila ada halangan untuk bersujud di atas tanah.

Nabi saw bersujud di atas tanah

Dari Ali, Abdullah bin ‘Umar, Abu Hurairah, jabir, Ibn ‘Abbas, Hudzaifah, Anas, Abu ‘Umamah, Abu DzarNabi saw bersabda: “Dijadikan bagiku tanah untuk tempat sujud dan untuk bersuci” (Shahih al-Bukhari 1:86, 113; Shahih Muslim 2:64; Shahih al-Nasai 2:32; Shahih Abu Dawud 1:79; Shahih al-Turmudzi 2:114; Al-Sunan AlKubra 2:433, 435).

Ibnu ‘Abbas berkata: “Sesungguhnya Nabi saw bersujud ke atas batu.” (Al-Hakim 3;473; AlDzahabi menshahihkannya).

Abu Sa’id al-Khudri berkata: Aku melihat dengan mata kepalaku pada hidung dan dahi Rasulullah saw bekas air dan tanah (setelah sujud)-lihat Shahih alBukhari 1:163, 198; Sunan Abu Dawud 1:143.

Dari Jabir bin Abdullah: Aku salat bersama Rasulullah saw salat Zhuhur. Ia mengambil segenggam tanah dalam telapak tangannya agar tanah itu menjadi dingin kemudian ia bersujud di atas tanah (yang didinginkannya itu) karena panasnya yang sangat. Hadis ini diriwayatkan dalam Musnad Ahmad 1:327, Al-Baihaqi dalam Al-Sunan al-Kubra 2:105.

Al-Baihaqi berkata: Berkata Al-Syaikh: Sekiranya sujud diperbolehkan di atas kain yang menempel padanya, maka menggunakan kain untuk mendinginkan tanah lebih mudah daripada mendinginkan dengan telapak kaki dan meletakkannya lagi waktu sujud. Dari Khabab bin Al-Arat: Kami mengadukan kepada Rasulullah saw panas yang sangat pada dahi kami dan telapak tangan kami, tapi Rasulullah tidak mengizinkan kami (untuk sujud di atas kain)-Al-Sunan Al-Kubra 2:105, 107; Nayl al-Awthar 2:268).

Dari ‘Iyadh bin Abdillah al-Qurasyi: Rasulullah saw melihat seorang lelaki bersujud pada gulungan serbannya. Ia menunjuk dengan tangannya: Lepaskan serbanmu. Dan ia memberi isyarat pada dahinya (Al-Sunan al-Kubra 2:105).

Rasulullah saw pernah tidur siang di rumah Ummu Sulaym. Ummu Sulaym menghamparkan tikar dan mengambil keringatnya lalu menjadikannya sebagai wewangiannya. Ia menghamparkan khumrah dan salat di atasnya (Al-Sunan al-Kubra, 2;421; dalam kitab yang sama halaman 436 dijelaskan bahwa Rasulullah melakukan salat di atas tikar yang terbuat dari pelepah kurma)

Bersujud di atas kain kalau tanahnya panas

Dari Anas bin Malik: Apabila kami salat bersama Nabi saw dan kalau salah seorang di antara kami tidak sanggup meletakkan dahinya di atas tanah karena panas ia menghamparkan kainnya dan bersujud di atasnya. Al-Bukhari memasukkan hadis ini dalam Shahih alBukhari, 1:101, Bab “Sujud di atas kain karena panas yang sangat”. Tarrib wajhak. Dari Khalid al-Juhani: Nabi saw melihat Shuhayb bersujud seakan-akan menghindari tanah. Ia bersabda kepadanya: Tarrib wajhaka, ya Shuhayb. Ke tanahkan wajahmu, hai Shuhayb“ (Kanz al-‘Ummal 7:165, hadis # 19810).

Bersujud di atas tanah Karbala.

Nabi saw berkata kepada salah seorang di antara Aisyah atau Ummu Salamah: Baru saja datang malaikat yang tidak pernah datang kepadaku sebelumnya. Ia berkata: Anakmu Husayn akan terbunuh. Kalau engkau mau aku perlihatkan padamu tanah yang disitu ia terbunuh. Kemudian ia mengeluarkan tanah merah (Musnad Ahmad bin Hanbal, hadis Ummu Salamah 25985).

Al-Awza’i, guru Abu Hanifah, bila bepergian ia membawa tanah Madinah untuk tempat sujudnya. Ketika ditanya mengapa begitu, ia menjawab: Bukankah bumi yang paling utama adalah tempat dikebumikannya Rasulullah saw. Aku ingin sujudku selalu di atas tanah itu. Sebagaimana Rasulullah saw pernah mencium tanah Karbala dan meletakkannya di atas dahinya. Seperti Al-Awza’I, Syiah menganggap utama bersujud di atas tanah Karbala.

Bersujud di atas karpet bid’ah.

Al-Hafizh al-Kabir Abu Bakr bin Abi Syaibah dengan sanadnya dalam Al-Mushannaf menyampaikan ucapan Ibnu Sirin: Salat di atas karpet bid’ah. Telah shahih hadis dari Rasulullah saw: Sejelek-jeleknya perkara ialah yang diada-adakan. Setiap yang diada-adakan itu bid’ah (Siratu Nabiyyina wa Sunnatuh 146-157).